Heading

Heading

Senin, 03 September 2012

Wisata Kota Tua Semarang

Pada saat mudik lebaran tahun 2012 ini, saya menyempatkan untuk menjelajahi kota tua Semarang yang sudah cukup terkenal di kalangan Wisman dan Wisnu. Padahal Semarang merupakan kota kelahiran saya, tapi sejak lahir hingga saat ini baru kemarin pas mudik itulah saya menyempatkan melihat kota tua lebih detiil. 

Tujuan pertama saya adalah Stasiun Tawang, kebetulan mudik kali ini saya naik kereta api karena malas bermacet-macetan naik mobil pribadi. Setibanya di Stasiun Tawang, situasi saat itu tidak terlalu ramai oleh penumpang, mengingat saat itu adalah H+2 lebaran, jadi masih banyak yang bersilaturahmi di kampung halaman. Kesempatan ini lah yang saya manfaatkan untuk mulai mengambil gambar sudut-sudut stasiun yang masih kental dengan arsitektur peninggalan Belanda. 

Di peron utama Stasiun Tawang ini masih terdapat jam besar yang tergantung dengan kokoh nya, dan masih terlihat terawat selayaknya saat awal mula jam tersebut dipasang. Sudut menarik lainya adalah bentuk dua daun pintu yang cukup besar, yang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa model pintu tersebut adalah bagian dari arsitektur Belanda. Kayu jati yang terlihat di beberapa sudut bangunan peron masih terlihat sangat kuat.
Perjalanan saya lanjutkan kembali keluar dari Stasiun Tawang, dimana terlihat jelas bangunan utama stasiun yang berbentuk seperti dome yang masih berkarakter arsitektur Belanda. Sedangkan bagian samping samping bangunan utama yang terbuat dari besi beratapkan aluminium juga masih kental dengan arsitektur Belanda.


Perjalanan saya lanjutkan ke seberang stasiun dimana terdapat semacam kolam besar yang berfungsi sebagai tempat penampungan air rob atau ketika hujan. Di sudut kolam tersebut terdapat pintu air hidrolik yang mengatur air dari kolam besar menuju ke kanal kanal kecil kota. Cukup menarik karena bentuk pintu air yang tidak terlalu besar ini berbentuk seperti sebuah gapura dengan motif bata ekspose.

Tidak jauh dari lokasi pintu air tersebut terlihat sebuah bangunan tua yang bertuliskan "Pabrik Rokok Praoe Lajar" di bagian depan bangunan tersebut. Sepertinya jaman dahulu bangunan tersebut memang sebuah parik rokok lokal dengan merk Praoe Lajar. Namun seiring berjalanya waktu, seperti nya pabrik ini sudah lama tidak beroperasi lagi, meninggalkan bangunan tua yang terlihat masih sangat kokoh.


Perjalanan saya lanjutkan lagi ke dalam lingkungan kota tua. Tidak jauh dari pabrik rokok tadi ke arah Selatan terlihat sebuah kubah berwarna merah kecoklatan yang saya duka itu adalah "Gereja Blenduk". Ternyata tebakan saya benar, ketika sampai di lokasi kubah tersebut, bangunan tua tersebut adalah sebuah bangunan gereja GPIB Immanuel. Masyarakat lokal menyebutnya 'gereja blenduk', karena bentuk kubahnya yang 'mblenduk' atau menggelembung seperti setengah lingkaran.


Di sekitar gereja blenduk tersebut sangat banyak bangunan peninggalan Belanda yang berderet dari arah stasiun hingga ke pusat kota. Dari bangunan rumah penduduk hingga perkantoran. Model jalan yang berupa con block di seluruh kota tua ini menambah kesan yang sangat unik dan serasa kembali ke beberapa puluh tahun lalu ketika kota ini masih sepi. Sangat menarik lah menjelajah kota tua ini, banyak hal yang bisa kita lihat untuk sekedar bernostalgia ke masa silam. 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar