Heading

Heading

Selasa, 21 Mei 2013

Geneve, Switzerland - Part 1

Udah lama banget pengen nulis pengalaman jalan-jalanku ke luar negri tapi baru kesampaian sekarang..gak papalah terlambat daripada gak ada tulisan sama sekali..hehehe..

Sebenernya bukan murni jalan-jalan juga sih, tapi kebetulan mendapat tugas dari kantor dan ada waktu kosong yang bisa dimanfaatkan untuk jalan-jalan, karena kebetulan ada beberapa dinas yang sampai ketemu weekend disana, jadi ya sekalian refreshing lah.

Pengalaman pertama pergi ke luar negeri saya adalah ke Genewa, Swiss pada tahun 2000...woww...begitu mendapat tugas dari bos untuk pergi kesana senengnya bukan main...saya yang tadinya tidak pernah mau punya kartu kredit, akhirnya harus mengalah untuk mempunyai kartu kredit, yang tujuanya hanya untuk jaga-jaga aja sih kalo kehabisan duit di negri orang...hehehe... 

Ok kita mulai perjalananya ya. Dimulai dengan pengajuan visa ke kedutaan Swiss di Kuningan. Dalam tugas ini saya bersama dengan 1 orang teman dari Aceh selama 4 hari disana. Kami telah mendapat undangan dan rekomendasi dari lembaga yang mengundang kami di Genewa, sehingga proses pengajuan visa lebih cepat. Hanya dalam waktu 3 hari visa sudah selesai. Tiket pesawat (KLM) yang dipesan oleh kantor pun sudah di tangan, jadi tinggal berangkat aja.



Tiket KLM yang akan kami punya tidak direct ke Genewa, melainkan harus melakukan transit di Amsterdam. Berangkat dari Jakarta sekitar jam 7 malam dan tiba di Amsterdam jam 06.00 pagi hari nya. Lumayan pegel juga sih selama 17 jam perjalanan di dalam pesawat termasuk perbedaan waktu 6 jam antara Jakarta dan Amsterdam...apalagi jarak antara kursi kita dengan kursi depan gak terlalu lega..tapi untungnya ada hiburan video, penyajian makanan beberapa kali dan pertama kali nya di pesawat nyobain white wine...hehehe...norak ya..

Nah, sampai di bandara Schiphol Amsterdam gak punya waktu banyak karena harus terbang lagi jam 7. Selama transit gak banyak yang saya lakukan, karena untuk menuju ke gate keberangkatan selanjutnya cukup jauh dan bandaranya pun cukup besar. Jadi ya hanya liat-liat toko-toko di bandara sambil jalan ke gate aja.

Akhirnya sampai di Genewa sekitar jam 08.20 waktu setempat, dan ternyata bandara nya biasa saja...kirain yang megah mewah canggih gitu...hehehe. Tapi yang menakjubkan adalah dari runway terlihat jajaran pegunungan alpen yang terlihat salju dibagian atasnya. Setelah beres proses imigrasi, kemudian kami keluar untuk mencari taxi. Daaann..disini lah baru terasa hawanya dingin banget...maklum, kunjungan kali ini pas masuk musim dingin..untung sudah siap dengan perlengkapan baju hangat. 


Kami langsung menuju ke hotel yang telah di booking oleh kantor, yaitu Hotel Mon Repos yang berlokasi di Rue de Lausanne. Perjalanan dari bandara ke hotel ini tidak terlalu lama, hanya sekitar 30 menit sudah sampai di hotel. Tampak dari luar, bangunan hotel yang akan kami singgahi tersebut  terlihat seperti bangunan Eropa pada umumnya. Dan bangunan yang terletak sederet dengan hotel kami juga tampak mirip..malah seperti seragam, baik bantuk, warna tembok dan ketinggian bangunanya. Mungkin itu seperti apartemen kali ya. 

Begitu masuk ke dalam lobby, terlihat luas bangunanya juga tidak terlalu luas. Begitu pula  ketika kami masuk ke dalam kamar kami pun ukuran nya juga standar lah, meskipun tidak terlalu sempit seperti hotel-hotel minimalis. 


Di hari pertama ini kami belum ada kegiatan formal, jadi masih bisa santai dan menetralisir jetlag. Setelah menaruh barang-barang dan istirahat sebentar, rasanya perut sudah terasa keroncongan karena memang sudah lewat dari jam 12 siang. Kami memutuskan untuk mencari makan di sekitar hotel sambil melihat-lihat lokasi-lokasi yang menarik. Dan ternyata setelah berjalan sekitar 150 meter terlihat di sebelah Timur ada danau yang sangat luas. Dan ternyata danau itu adalah Lake Geneve dengan air mancur yang menjadi icon kota Genewa yang dinamakan Jet d'Eau. Air mancur ini yang dikendalikan oleh dua pompa air berkekuatan 500Kw dapat menghasilkan semburan air sebanyak 500 liter per detik dan semburanya mencapai ketinggian 140 meter..ckckck..kalah deh jet pump di rumah..hehehe..

Beruntung di pinggiran danau sedang ada semacam festival atau bazar gitu, banyak orang yang berjualan makanan, mainan, baju, dan barang-barang lainya..ya hampir sama lah seperti senayan di hari minggu..hehehe. Tanpa membuang waktu lagi, kami mencoba mencari makanan halal dan dengan taste asia..maklum lah orang Indonesia, kalo makan pasti nyarinya nasi dan lauk pauk..hahaha.. Akhirnya kami menemukan 1 penjual makanan timur tengah, kami mencoba untuk memesan nasi kari. Tapi sayang...si penjual nggak bisa bahasa Inggris, dia hanya bisa menggunakan bahasa Prancis. Alhasil, kami berkomunikasi dengan bahasa tubuh..hahaha.. Lumayan lah pikir kami, masih bisa makan nasi. Tapiii..begitu kami makan nasi nya sangat hambar tanpa rasa, keras dan dingin...langsung deh illfeel... Akhirnya kami makan daging kari dan nasi nya tidak kami habiskan karena tidak terbiasa makan nasi dengan rasa seperti itu. Sayangnya kami tidak sempat untuk memotret makananya dan juga suasana di tempat kami makan ini.

Setelah makan siang kami melanjutkan berjalan-jalan di sekitar danau dan menuju hotel kembali. Di sekitar pinggir danau banyak terdapat apartemen, hotel, restoran dan perkantoran. Dari segi kebersihan, jangan ditanya...kota ini super bersih...selama saya berjalan belum menemukan sampah yang berserakan di jalan atau trotoar. Kami terus menyusuri pinggiran danau dan sampai pada sebuah taman yang cukup luas dengan hamparan rumput hijau dan warna warni bunga. Dan diantara taman yang luas ini, terdapat beberapa bangunan, diantaranya restoran La Perle du Lac, museum sains (Musée d'Histoire des Sciences), kampus
(Graduate Institute of International Studies), dan Organisasi Perdagangan Seluruh Dunia. Setelah puas jalan-jalan, kami pun kembali ke hotel untuk istirahat, supaya besok nggak terlalu capek.

Hari kedua di Genewa sudah mulai beraktifitas formal, yaitu untuk mengikuti Sidang Sub Komisi HAM PBB di markas besar Komisi Tinggi HAM PBB. Dari hotel kami naik bis no. 11 dengan tujuan langsung ke gedung PBB. Sepertinya setiap bis di sini pasti akan melewati stasiun utama, yaitu Cornavin. Karena disini lah pusat pertemuan semua moda transportasi, baik itu bis, trem maupun train. Jadi kalau kita mau naik bis ke suatu tempat yang nggak ada tujuan langsung, transit atau ganti bis nya di Cornavin ini lah. Bis nya pun cukup nyaman. Setiap kali kita mau naik bis, harus membeli tiket yang telah disediakan mesin tiket di setiap halte bis. Jadi begitu bis datang kita langsung naik dan duduk manis sampai tujuan yang kita inginkan. Tapiiii...jangan sampai berpikir kayak di negara kita ya, yang bisa aja ngaku udah bayar tapi kenyataanya belum bayar...hahaha.. Disini pihak perusahaan bis selalu melakukan sidak pemeriksaan diatas bis. Jika kita ketahuan naik bis gak punya tiket, naahh..siap-siap aja dikenakan denda yang cukup mahal..kalo gak salah ketika itu sebesar CHF 500...gila kan...makanya jangan coba-coba deh...

Melanjutkan cerita lagi..akhirnya kami sampai tujuan dan turun di halte Nations. Dari halte ini lah sudah terlihat dengan megah gedung PBB atau nama sana nya "Palais des Nations". Di depan komplek PBB tersebut terdapat patung kursi raksasa dengan 3 kaki. Patung kursi dengan 3 kaki ini memang sengaja dibuat untuk mengenang para korban ranjau darat di wilayah konflik, yang diantara dari mereka harus hidup dengan satu kaki. Memang sangat tragis..untuk itulah dibangun monumen kursi raksasa ini.

Untuk masuk ke komplek gedung PBB, kita harus mempunyai kartu pass terlebih dahulu. Jadi, dengan berbekal surat undangan dari organisasi HAM internasional, kami membuat kartu pass di sebuah kantor administrasi PBB yang berlokasi tepat di sebrang komplek gedung PBB. Disana kami didata, difoto dan jadilah kartu pass nya...dan sekarang bisa masuk ke komplek gedung PBB.

 
To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar